Minggu, 09 Desember 2012

Badai "Monster" Menghantam Kutub Saturnus

Badai di kutub utara Saturnus yang dipotret oleh kamera wahana antariksa Cassini pada Rabu (28/11/2012) 
CALIFORNIA, KOMPAS.com - Wahana antariksa Cassini menyuguhkan citra terbaru hasil jepretannya, badai di kutub Saturnus. Badai tersebut begitu besar seperti sedang marah, menyapu dan menghantam  kutub utara planet bercincin itu.

Cassini mengambil foto badai tersebut pada Rabu (28/11/2012) waktu Indonesia. Gambar juga dikirimkan pada hari yang sama.

Badai terjadi di wilayah Saturnus dimana terdapat formasi awan unik yang berbentuk persegi enam. Fenomena tersebut pertama kali ditemukan oleh wahana antariksa Voyager pada tahun 1980an. Formasi awan itu memiliki diameter sekitar 25.000 km.

Badai di Saturnus sebenarnya pernah ditangkap Cassini beberapa tahun lalu. Namun, badai saat itu hanya diamati dengan inframerah karena kondisi kutub sedang gelap. Kini dengan musim yang berbeda, Cassini bisa mengamati badai dengan lebih baik.

Tim ilmuwan Cassini dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) seperti dikutip Space, Rabu (28/11/2012) mengatakan bahwa badai ini umum terjadi di Tata Surya, termasuk Saturnus.

Cassini diluncurkan pada tahun 1997 dan sampai di Saturnus pada tahun 2004.  Telah menempuh jarak 3,8 miliar kilometer, wahana tersebut telah menemukan beragam fenomena dan fakta mengagumkan di planet keenam dari Matahari itu.

"8,5 tahun setelah ekspedisi mengelilingi planet bercincin itu, kami masih dikejutkan dengan parade fenomena planet baru yang tiada hentinya," kata ilmuwan.
Sumber :
Editor :
yunan

Inilah Wajah Bumi Malam Hari Dilihat dari Antariksa

WASHINGTON, KOMPAS.com — Bumi acapkali disebut Planet Biru karena citranya yang tampak biru saat diambil pada siang hari. Tapi, apakah Bumi juga biru pada malam hari?

Citra terbaru yang dirilis National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menunjukkan bahwa setelah Matahari tenggelam, bila dilihat dari antariksa, Bumi lebih menyerupai kelereng hitam dengan hiasan glitter keemasan.

Citra yang diambil dengan instrumen di satelit Suomi NPP tersebut dirilis di ajang American Geophysical Union yang diadakan di San Francisco, Selasa (4/12/2012).

"Untuk alasan yang sama dengan kita harus melihat Bumi di siang hari, kita juga harus melihat Bumi pada malam hari. Tak seperti manusia, Bumi tak pernah tidur," kata Steve Miller dari NOAA seperti dikutip Space, Rabu (5/12/2012).

Instrumen yang digunakan untuk menghasilkan citra Bumi kali ini disebut Visible Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS). Instrumen ini sebenarnya berfungsi menangkap data awan, salju, dan formasi es di malam hari.

VIIRS begitu sensitif sehingga cahaya yang dihasilkan oleh lampu-lampu di muka Bumi pun terlihat. Tampak Sungai Nil diterangi oleh cahaya, begitu pula wilayah pantai timur Amerika Serikat.

Citra juga memperlihatkan cahaya yang berasal dari Bulan, aurora, dan api alami. Cahaya itulah yang membuat Bumi kerlap-kerlip seperti berhias glitter emas.